Terinspirasi
dari (lagi-lagi) postingan blog Kak Andra Alodita, saya tertarik ingin mencoba
meminimalisasi jumlah pakaian dan aksesoris yang saya punya. Meskipun
sejujurnya saya nggak punya terlalu banyak pakaian dan aksesoris (entah
pembenaran atau emang iya) karena sudah sering men-“declutter” pakaian-pakaian
saya.
Alasan utama
saya ingin “mengkompres” lagi jumlah pakaian saya adalah karena merasakan susah
dan ribetnya menggotong pakaian kesana kemari pas pindahan. Karena masih hidup
nomaden dan belum tinggal di homebase yang tetap, hampir setiap 2 tahun sekali
saya pasti berpindah tempat tinggal. Pas packing nyesek banget, selalu
keteteran dan barang pribadi terutama pakaian membludak. Padahal sudah banyak
yang saya hibahkan/buang. Sampai pas pindahan terakhir karena mau cuti lahiran
suami saya protes dan menyarankan untuk meminimalisasi (lagi) jumlah pakaian.
Saya itu bisa
dibilang jarang belanja baju, apalagi aksesoris. Tapi sekalinya nafsu belanja, langsung
banyak dan bertubi-tubi. Apalagi pas musim-musim sale, semua toko disamperin.
Sekarang sih sudah agak pintar, pas sale cuma membeli barang yang memang sudah
diincar sejak masih jadi new arrival. Tapi tetap saja printilan-printilan
barang lain masih banyak yang ikut kebeli. “Mumpung lagi sale”. Duh! bahaya banget
deh! Adakah yang senasib dengan saya?
Sebenarnya, mau punya banyak (maximalist) atau sedikit barang (minimalist) sih bebas saja yang penting bertanggung jawab dan bisa mengelola barang-barangnya dengan baik. Kalau saya pribadi lebih tertarik menerapkan gaya minimalist. Teorinya, dengan memiliki sedikit barang (terutama pakaian), hidup kita akan jauh lebih
mudah. Nah, menurut artikel yang saya kutip dari Becoming Minimalist, memiliki sedikit pakaian akan membuat kita:
·
Memiliki lebih banyak sisa
penghasilan (!)
·
Memiliki lebih banyak waktu
untuk hal lain dalam hidup
·
Nggak stress pagi-pagi mikirin
mau pakai baju apa
·
Punya well-organized closet
·
Packing jadi lebih simpel saat
bepergian, dan
·
Pekerjaan laundry jadi lebih
simple
Nah, ini
beberapa tips yang saya rangkum dari website yang sama, dengan penyesuaian
seperlunya:
1. Sadarlah kalau pakaianmu itu
sudah banyak.
Ini nih yang sulit bagi para wanita
di muka bumi ini. Selalu merasa nggak punya baju. Padahal baju di lemari sudah
sampai tumpah-tumpah.
2. Berusaha memahami karakter
kepribadian.
Hubungannya apa? Berdasarkan
pengalaman saya, memakai pakaian yang cocok dengan kepribadian kita akan sangat
membantu. Kalau saya kebetulan sudah pernah melakukan test kepribadian yang
mengarahkan saya untuk memakai pakaian berwarna netral dan kasual. Nggak
neko-neko deh. Pantesan setiap saya ingin mencoba nyentrik dengan tabrak warna
/ print ujung-ujungnya fashion disaster. Akhirnya ini sangat membantu saya
dalam memilih pakaian yang akan saya beli. Dan beneran kok, selain lebih
nyaman, ternyata memilih pakaian sesuai kepribadian juga bisa lebih menonjolkan
karakter diri. Semacam make your own statement style!
3. Donate, sell, discard.
Kalau pakaian sudah tidak dipakai
dalam jangka waktu 6 bulan terakhir, saatnya kita berpikir. Masih happykah kita
saat memakainya?(simpan). Masih bagus dan layak banget nih, tapi kayaknya nggak
akan dipakai lagi (donasikan/jual preloved). Sudah bernoda atau rusak dan malas
banget lihatnya (buang).
4. Belilah kualitas, bukan
kuantitas.
Belilah baju yang benar-benar kita suka
dan cocok dengan kita, bukan karena ikut-ikutan trend atau karena lagi sale.
Belilah 1 item walaupun mahal daripada 10 items di sale rack yang pada akhirnya
akan jadi sampah dan penyesalan belaka. Tips yang ini paling sulit deh, gampang
secara teori tapi praktiknya susah banget!
Setelah
baca-baca tips dan referensi berapa banyak pakaian yang dikatakan cukup untuk
saya miliki, saatnya bikin list!
How Many Outfits
do I “REALLY” need in My Wardrobe?