Saya masih ingat dengan perjuangan saya tepat setahun yang
lalu untuk menemukan
skincare yang tepat selepas memakai krim perawatan dokter
kulit. Saat itu pertama kalinya saya memberanikan diri mencoba
Kiehl’s dan
berharap kondisi kulit saya bisa membaik. KCR yang saya temui langsung
menyarankan saya untuk mencoba Kiehl’s
Iris Extract Activating Treatment Essence. Saya sempat curiga dia menyarankan
saya mencoba Iris esens karena produk ini waktu itu baru saja
launching. Tapi
karena dia menyebutkan kalau esens ini dapat mengembalikan kondisi kulit (bahkan lebih baik), sayapun luluh dan mau mencoba.
Sebelumnya, saya bukan orang yang suka melakukan banyak steps
saat memakai skincare. Pelembab saja cukup. Jadi ketika disarankan untuk
menambah esens sebagai preserum saya jadi excited! Bukannya malas tapi malah
jadi bersemangat ya, haha!
“with Iris Florentina Extract to reactivate skin’s youthful
look for smoother, radiant skin”
Esens ini adalah preserum yang digunakan dalam “first step”
rutinitas skincare. Banyak kelebihan dan manfaat yang diklaim bisa diberikan
esens ini karena kandungan di dalamnya. Pertama, esens ini mengandung Iris
Florentina Extract sebagai perawatan anti-aging dan melembabkan. Kedua, Lipo
Hydroxy Acid (LHA) mengaktivasi proses eksfoliasi kulit secara natural. Sodium
Hyaluronate dipercaya dapat meregenerasi kulit dan mengurangi penampakan kerutan.
Sodium Hyaluronate membentuk lapisan transparan pada kulit yang membantu
menyamankan kulit . Bahan ini mampu mengikat air 1,8 kali dari beratnya,
jadi menjamin kulit selalu dalam keadaan terhidrasi. Esens ini disebut dapat
mengaktifkan kembali sel-sel kulit sehingga kulit tampak lebih muda dan dapat
memperbaiki tekstur kulit.
Iris esens bertekstur likuid yang agak sedikit kental. Meski
begitu, esens ini cepat menyerap di kulit. Warnanya bening dengan wangi seperti
air mawar. Mungkin ini wangi bunga Iris. Esens ini paraben free dan oil free,
tapi memang nggak disebutkan alcohol free. Pada bahan penyusunnya masih
terdapat “alcohol denat” yang membuat wangi alkohol sedikit tercium. Dari
artikel yang saya baca, alcohol denat bukan bahan kosmetik yang berbahaya.
Bahan ini berfungsi untuk mencegah produk berbuih, anti mikrobakteri, mengontrol
minyak, dan mengecilkan pori-pori. Tapi mungkin pada sebagian orang malah dapat
membuat kulit kering.
Kalau saya sih nggak terganggu dengan wanginya. So far kulit
saya juga nggak mengalami kekeringan, hanya saja ketika kulit saya dalam
kondisi lebih kering dari sebelumnya (misalnya faktor cuaca) saya memang merasa
kalau esens ini kurang melembabkan.
Saya memakainya setiap hari saat AM dan PM routine setelah
mengaplikasikan toner. Cukup 2-3 tetes kemudian ditepuk-tepuk dan dioleskan
menggunakan tangan. Refreshing, saya suka dengan sensasinya yang adem di kulit.
Esens ini memerlukan waktu beberapa detik sebelum menyerap sempurna, jadi
biasanya saya tunggu beberapa saat sebelum lanjut memakai pelembab.
Setelah setahun pemakaian, kalau ditanya apakah kulit saya
jadi lebih cerah atau glowing, saya rasa nggak. Saya nggak merasakan efek yang
luar biasa pada kulit saya. Tapi bukannya skincare yang baik memang nggak
terlihat efeknya secara nyata dalam waktu singkat? Eh tapi satu tahun bukan
waktu yang singkat juga ya.
Tapi yang saya suka adalah saya rasa tekstur kulit saya
semakin membaik. Esens ini membantu saya melewati masa-masa penyesuaian setelah
menggunakan krim dokter kulit. Saya merasa kulit saya lebih kenyal dan sehat.
Saat hormonal breakout pun kondisi kulit saya cepat pulih. Selain itu pori-pori
saya tampak mengecil.
Minusnya adalah produk ini isinya terlalu banyak. 200 ml
untuk masa buka kemasan 12 bulan menurut saya kebanyakan. Atau saya yang
terlalu irit pakainya? Tapi disarankan memang hanya menggunakan 2-3 tetes saya
udah cukup untuk seluruh wajah dan leher. Selain itu kemasannya yang kurang oke
sih menurut saya.
Repurchase? Hmm, saya pikir-pikir dulu. Saya berencana untuk
coba esens lain sih kalau yang ini udah abis.